Wednesday, 11 July 2012

Kisah Inspiratif!Bi Fang Li Seorang Tukang Becak berhati Sangat mulia


Melalui kisah Bai Fang Li ini,saya harap kita semua dapat memperoleh pelajaran yang sangat berharga,sehingga dapat mengubah diri kita menjadi individu yang lebih berguna bagi orang lain.Walaupun hidup serba pas-pasan,tetapi tetap membantu orang tanpa pamrih dengan apapun yang bisa kita berikan.
 Tak perlu menggembar-gemborkan sudah berapa banyak kita menyumbang orang karena mungkin belum sepadan dengan apa yang sudah dilakukan oleh Bai Fang Li. Kebanyakan dari kita menyumbang kalau sudah kelebihan uang. Jika hidup pas-pasan keinginan menyumbang hampir tak ada.
Bai Fang Li berbeda,Walaupun ia hidup dalam kesederhanaan,semangatnya untuk membantu sesama tak pernah pudar.Ia rela mengayuh becak setiap hari demi memperoleh penghasilan yang juga dapat bermanfaat bagi orang lain.
Ia hampir tak pernah beli makanan karena makanan ia dapatkan dengan cara memulung,begitupun pakaiannya.Apakah hasil dari pekerjaannya tidak cukup untuk membeli makanan dan pakaian? Pendapatannya cukup memadai dan sebenarnya bisa membuatnya hidup lebih layak. Namun ia lebih memilih menggunakan uang hasil jerih payahnya untuk menyumbang ke yayasan yatim piatu yang mengasuh sekitar 300-an anak tak mampu.

Tersentuh...
Bai Fang Li mulai tersentuh untuk menyumbang ke yayasan itu ketika usianya menginjak 74 tahun. Saat itu ia tak sengaja melihat seorang anak usia 6 tahunan yang sedang menawarkan jasa untuk membantu ibu-ibu mengangkat belanjaannya di pasar. Usai mengangkat barang belanjaan, ia mendapat upah dari para ibu yang telah menggunakan jasanya.

Namun yang membuat Bai Fang Li heran, si anak memungut makanan di tempat sampah untuk makannya. Padahal ia bisa membeli makanan layak untuk mengisi perutnya. Ketika ia bertanya kepada sang anak,ternyata si anak tak mau mengganggu uang hasil jerih payahnya itu untuk membeli makan. Ia gunakan uang itu untuk makan kedua adiknya yang berusia 3 dan 4 tahun di gubuk tempat mereka tinggal. Mereka hidup bertiga sebagai pemulung dan orangtuanya entah di mana.

Setelah itu,Bai Fang Li mengantar anak itu ke tempat tinggalnya,kemudian ia membawa ketiga anak tersebut ke yayasan yatim piatu di mana ada ratusan anak yang diasuh di sana. Sejak itu Bai Fang Li mengikuti cara si anak, tak menggunakan uang hasil mengayuh becaknya untuk kehidupan sehari-hari melainkan untuk disumbangkan ke yayasan yatim piatu tersebut.

Tak Menuntut Apapun...
Bai Fang Li mulai menyumbang yayasan itu pada tahun 1986. Ia tak pernah menuntut apa-apa dari yayasan tersebut. Ia juga tidak tahu siapa saja anak yang mendapatkan manfaat dari uang sumbangannya. Pada tahun 2001 usianya mencapai 91 tahun. Ia datang ke yayasan itu dengan ringkih,dan Ia berkata pada pengurus yayasan kalau ia sudah tak sanggup lagi mengayuh becak karena kesehatannya memburuk. Saat itu ia membawa sumbangan terakhir sebanyak 500 yuan atau setara dengan Rp 675.000.

Dengan uang sumbangan terakhir itu, total ia sudah menyumbang 350.000 yuan atau setara dengan Rp 472,5 juta. Anaknya, Bai Jin Feng, baru tahu kalau selama ini ayahnya menyumbang ke yayasan tersebut. Tahun 2005, Bai Fang Li meninggal setelah terserang sakit kanker paru-paru.

Jika dilihat dari semangatnya untuk bersedekah,Bai Fang Li memang orang yang luar biasa. Ia hidup tanpa pamrih dengan menolong anak-anak yang tak beruntung. Meski hidup dari mengayuh becak (jika diukur jarak mengayuh becaknya sama dengan 18 kali keliling bumi), ia punya kepedulian yang tinggi yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

No comments:

Post a Comment